Senin, 15 Juli 2013

Tanjung Bira, Surga Pantai di Ujung Kaki Sulawesi

Tanjung Bira

   Setelah memasuki pintu gerbang tanjung bira seharga tiket 5ribu/mobil. Saya langsung menuju tempat penginapan sunshine guesthouse yang telah saya booking sebelumnya dengan harga 120ribu/malam (shared bathroom). Kenapa saya ga ngehost ? lokasinya ane masih awam kayanya ga ada hoster juga disana. Sampai pukul 5.20 sore disini langitnya masih terang, jadi masih bisa liat sunset. Setelah sampai di guest house nya kurang lebih 100meter dari jalan. saya langsung di sambut sama ka nini (pemilik guest house 2 lantai ini) yang kemarin pesan yah ? said ka nini. setelah cek kamar dan taruh barang saya langsung turun ke bawah penasaran dengan pasir pantainnya yang selembut tepung, berjalan ke bawah menuruni tangga dan langsung tangan ane memegang pasirnya ternyata emang bener gan pasirnya lembut banget kaya tepung, beda dengan pasir pantai yang lain. Lanjut untuk melihat sunset di tepi pantai bira ini. Pemandangan sunset yang luarbiasa disertai perahu-perahu yang menyandarkan badannya di tepi pantai, membuat pemandangan ini semakin sempurna.


sore hari di pantai bira
Setelah melihat sunset lanjut cari makan malam, disini soal makan lumayan susah dan mahal. Mending tanya dulu sebelum membeli atau melihat menu harganya. Nasi goreng+teh manis di bandrol harga 30ribu abis itu Nasi goreng nya ga enak lagi.. adehh.. tapi gapalah demi mengenyangkan perut ini. Kembali ke penginapan, Ternyata penginapan ini full orang bule semua, hanya saya dan temen baru saya yang orang local. Ketika kembali ke penginapan mereka (bule) sedang asyik ngobrol” di ruang tamu bawah, sebenernya pengen ikut nimbrung tapi apa daya inggris ane yang berantakan mengurungkan niat ikut ngobrol. Cuma say “HAI” sama mereka, ane langsung menuju lantai atas. Menikmati indah nya malam di rooftop dengan pool table ditemani snack” yang ane bawa dari rumah (ganjel perut).

Pagi hari menjelang, setelah sholat subuh bersiap-siap untuk turun menuju ke pantai. Wuiss.. disini ane ketakutan gan, bukan hantu atau preman” tapi para :maho .. seremm gan, disini banyak juga ternyata.. ane ampe diliatain dari ujung pala sampai kaki kayannya, tapi ane cuek dengan muka ketakutan lewat di depannya.. hihi” lupakan mereka, suasana pagi di bira lumayan memanjakan mata ini. Air laut yang masih jernih dan pasir pantainya yang putih serta halus alhasil betah untuk berlama-lama disini. Jam 8 pagi ane udah check out, karena harus melanjutkan perjalanan lagi ke pantai bira timur. Setelah berpamitan dengan ka nini  tak lupa untuk mengisi perut ini, sarapan mie goreng+teh susu dibandrol dengan harga 20ribu. Mengingat perjalanan menuju lokasi sekitar 1KM dengan berjalan kaki.

Pantai bira timur terletak di sebelah kiri pelabuhan bira, dengan menempuh ber jalan kaki 1KM dari pantai tanjung bira. Ga mau jalan ? tenang, ada alternative lain yaitu naik pete-pete. Berhubung pete-pete nya jarang, akhirnya saya memilih berjalan kaki sekalian berolahraga. Setelah memasuki gerbang pelabuhan bira, langsung belok arah kiri. Tidak ada jalan khusus untuk kendaraan lewat hanya pasir dan bebatuan menjadi alas kendaraan.

Untuk menuju ke pantai bira timur sendiri sekitar 200m dari gerbang pelabuhan bira, melewati jalan bebatuan dan berpasir disebelah kiri karang curam dan sebelah kanan pemandangan laut yg luar biasa, tapi sayang di sepanjang jalan di hiasi tumpukan sampah dan gubug-gubug yang sudah tidak terpakai. Pantai berpasir putih serta permukaannya yang landai dihiasi ratusan pohon kelapa menjadi salah satu pemandangan yang ditawarkan bira timur. Satu hal lagi yang menjadi daya pikat bira timur adalah adanya pembuatan perahu phinisi. Dari sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda modern" dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri budaya dalam bentuk perahu, baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa–lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subjek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba (sumber Wikipedia). Ini salah satu mengapa saya mengunjugi bulukumba.

pembuatan pinisi

di pantai bira timur
mr.crab dan rumahnya


















Fyi: sekedar info untuk masuk ke bira timur untuk menjaga sikap dan tatakrama yg baik, karena di pesisir banyak kuburan warga. Pantai bira timur tergolong sangat sepi wisatawan, sangat berbanding terbalik dengan pantai bira. Yang saya lihat hanya ada satu resort di tebing atas beberapa rumah yang menempati pesisir pantai. Dan satu lagi harap waspada, karena banyak anjing berkeliaran.

untuk kota makassar nya udah pada tau lah yah, tempat nongkrong dan lainnya. jadi ga perlu di ceritain lagi

nih ane bonusin sunset pantai losari
sunset pantai losari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar